Ngawi-(06/11/2013) Jika berbicara tentang Hypnosis atau Hypnotis, kebanyakan orang masih mengaitkan
fenomena atau kejadian ini dengan area abu-abu atau wilayah diluar nalar
manusia. Ada yang secara sukarela mengkaitkannya dengan penggunan energy
tententu, khodam, penggunaan makhluk halus, azimat atau lainnya. Sehingga untuk
belajar Hypnosis berarti memerlukan tirakat atau laku tertentu yang dalam
prakteknya ditentang atau ditolak untuk dipelajari karena melanggar prinsip
keyakinan agamanya.
Pada prinsipnya Hypnosis adalah kejadian yang wajar yang dialami setiap manusia. Setiap manusia mengalami fenomena ini dari yang levelnya ringan hingga dalam. Ilustrasi, mengapa ada individu lebih menggunakan merk deterjen X dari pada merk Z padahal merk deterjen jumlahnya ratusan?. Jawabnya adalah, proses pikiran dalam menerima informasi tentang deterjen X itulah penyebab mengapa dia suka memakai merk itu dibanding merk lain.
Informasi
yang masuk itu bisa dari satu atau banyak sumber. Informasi itu masuk melalui
panca indra (mata, telinga, hidung, pencecap dan perasa). Mulai dari mencuci
1000 kali lebih bersih hingga menembus kepori-pori pakaian, ditayangkan gambar
tangan yang bisa mencuci sendiri tanpa perlu keterlibatan manusia, aroma
pakaian menjadi harum membuat lawan jenis teler berkedip-kedip, dan
seterusnya.
Jika
informasi ini berulang-ulang diterima, maka pikirannya akan berproses menerima
dan perilakunya mulai mengambil aksi dengan membeli dan menggunakan deterjen X,
bahkan dalam kondisi ekstrim,dia akan menolak habis-habisan deterjen diluar
merknya. Inilah proses Hypnosis.
Bukan
karena khodam, jin, perewangan yang membuat pikiran seseorang memilih X.
Pilihan ini diturunkan keanak cucunya sehingga satu keluarga menggunakan
deterjen X hingga hari kiamat.
Dimulai
pada abad 18 dimana Dr. Franz Anton Mesmer (1743-1815), dimana istilah Hypnosis
belum dikenal namun lebih akrab dengan istilah Magnetism atau Mesmerisme (mengacu
kepada penemunya). Istilah ini juga dipakai oleh para muridnya diabad yang sama
yaitu; Fr. Joseph Gasner, Marquest Chastenet De Puysegur, dan Dr. James
Esdaile.
Generasi
berikutnya menggunakan istilah Conventional Hypnotism diantaranya ; Dr. James Braid,
Prof. Jean Martin Charcot, Dr. Ivan Pavlov, juga para generasi dibelakangnya ;
Ambroise Liebault, Hippolite Bernheim. Generasi paling akhir ; Pierre Janet,
dan Sigmund Freud (1856-1939).
Generasi
setelah itu muncullah para ilmuwan dan praktisi modern diantaranya ; Dr. Milton
H Erickson (1901-1980), Dave Elman (1900-1967), Charles Tebbets, dan Ormond
McGill. Dalam era ini hypnosis berlabel “Modern Hypnotism”.
Dari
rentetan sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa, penemuan baru tentang sesuatu
hal pada dasarnya akan mengalami tiga fase berikut;
1.Menjadi bahan pembicaraan dan terkadang
menimbulkan sinistisme (sikap apatis).
2.Terjadi penolakan dan dianggap kontra
kemapanan dan berujung pembunuhan ide.
3.Diterima dan menjadi bagian hidup
manusia dengan melalui level 1 dan 2 terlebih dahulu.
Saat
ini, dimulai tahun 1958 metode Hypnosis telah diakui Pemerintah USA sebagai
metode terapi modern sejajar dengan medis dan pengobatan dikenal dengan istilah
Modern Clinical Hypnotherapy. Juga ada program resmi Diploma dan Doctorate
Program untuk mempelajari Hypnosis, Hipnotis adalah Ilmiah. Banyak manfaat
mempelajarinya,karena kaitannya dengan menumbuhkan rasa takjub dan syukur pada
Tuhan akan penciptaan Otak dan mekanisme Pikiran. (Anam)
Redaksi@Suryajagad.com
Posting Komentar