Suryajagad.com Tuban - Sabtu malam minggu saat ini.Malam yang
ditunggu-tunggu oleh kawula muda. Bersama dengan lima orang teman sekost yang
sama-sama lagi jomblo, aku pergi menghabiskan malam minggu di sebuah mall.
Sekitar pukul setengah tujuh malam kami berangkat dengan naik angkot. Karena
letak mall yang kami tuju dekat dengan rumah kakakku maka kami mampir sebentar
ke sana setelah itu baru kami pergi ke tempat tujuan.
Suasana begitu ramai di
mall,maklum malam minggu. Dewi salah seorang teman sekost mengajak melihat
aksesoris. ”Yuk,lihat aksesoris d sebelah sana,kelihatannya bagus-bagus,” kata
Dewi. “Ayo,” serempak kami semua setuju. Sedang asyiknya kami melihat-lihat
aksesoris tiba-tiba Intan menggamit lenganku. “Rin, ke toilet sebentar yuk,
kebelet nich,” kata Intan dengan wajah memelas. Aku jadi tersenyum melihat
wajah Intan yang melas itu. ,”Ayok” kataku sambil mengikuti langkahnya.
“Hey,mau kemana kalian?” teriak Laras ketika melihat aku dan Intan berjalan
menjauhi mereka. “Nyari toilet,” teriak Intan gak mau kalah. ,”Tan,emang ini di
hutan apa pake teriak-teriak segala,”kataku karena melihat ada beberapa orang
yang melihat ke arah kami.
Setelah muter-muter mencari
akhirnya ketemu juga toilet yang kami cari. Sambil menunggu Intan yang ada di
dalam toilet,aku melihat-lihat sekeliling. “Tumben sepi amat yach ini
lorong,”batinku.”Daripada suntuk main hp ah,Intan juga lama amat,ngapian aja
tuch di dalam” kataku dalam hati.” Sedang asyiknya aku main hp tiba-tiba ada
yang menegurku. ,” Serius amat,sms pacar ya? Sontak aku kaget dan langsung
menoleh ke arah datangnya suara.
Tampak seorang pemuda berjaket
warna putih,kaos putih dan celana juga warna putih berdiri di depanku,entah
sejak kapan pemuda itu ada di situ. “ Apa sih mas,bikin kaget orang aja,untung
aku gak punya penyakit jantung,coba kalau aku jantungan,apa gak pingsan dengan
sukses aku,” kataku agak sewot. Terus terang aja aku memang paling tidak suka
kalau di kageti. Bisa ngomel panjang pendek aku dan teman-teman sekostku semua
sudah tahu akan hal itu.
Pemuda di hadapanku tersenyum
melihatku yang agak manyun itu. “Malah senyum-senyum lagi,”kataku tambah sewot.
Eh pemuda itu malah tertawa. “Ih malah tertawa,”kataku.Pemuda itu tersenyum.
“Maaf,bukan maksudku untuk membuat kamu terkejut. Ehm,kalo boleh tahu kamu
sedang apa di sini? “Nyepi,”jawabku sekenanya. “Hahaha,’pemuda itu malah
tertawa terbahak-bahak. “Lho kok malah tertawa,dasar orang aneh,” kataku. “ Lha
gimana aku gak akan tertawa,jawaban kamu lucu sih. Mana ada orang nyepi kok di
depan kamar mandi. “Lha kamu sendiri juga aneh,udah tahu orang di depan kamar
mandi,malah ditanya ngapain,”kataku. “ Ya ya ya aku minta maaf dech tapi
ngomong-ngomong boleh dong kenalan,” kata pemuda itu sambil mengulurkan
tangannya. “ Afrisal,” kata pemuda itu. ,” Arini,’kataku sambil menerima uluran
tangannya.
Kami pun bersalaman. “Ehm kamu lagi nunggu
siapa,kok sendirian di sini. Apa kamu tidak takut?,” tanya Afrisal. “ Lagi
nunggu teman nich,tak tahu kok udah dari tadi belum keluar-keluar juga dari
kamar mandi,lagipula takut apa,ini kan di Mall rame,kalau di kuburan ma baru
aku takut” jawabku. “Oh gitu ya,ehm udah coba kamu telpon atau sms belum itu
teman kamu?. “ Udah,tapi hpnya gak aktif. “Oooh begitu. Ya tunggu saja kalau
begitu, biar aku temani kamu dech,itupun kalau kamu gak keberatan sich” kata
Afrisal. Kami pun ngobrol sambil menunggu Intan yang sedang ada di dalam kamar
mandi. “Ehm,kamu sering kesini ya?,” tanya Afrisal. “Dulu sich sering apalagi
rumah kakakku ada di kampung sebelah mall ini,” kataku. “Oooh begitu,” kata
Afrisal. “Ya,tapi sekarang sudah agak jarang-jarang,”. Entah berapa lama kami
ngobrol.Lalu Afrisal pamit pulang. “Eh,aku pulang dulu ya,sudah malam
nich.Teman-teman kamu pasti udah kebingungan nyari kamu. Afrisal mengulurkan
tangannya. “ Sampai jumpa lagi ya,senang dapat bertemu dan berkenalan denganmu.
“ Sama-sama,aku juga senang dapat bertemu dan berkenalan denganmu dan terima
kasih yach karena kamu sudah berkenan untuk menemani aku” jawabku sambil
menerima uluran tangannya “ Ya,sama-sama. Aku pulang dulu yach? Lalu Afrisal
melangkah pergi ke arah lain.
Bersamaan dengan itu tiba-tiba
saja ada yang menepuk pundakku. Kontan aku langsung menoleh dan ku lihat Dewi,
Andini, Lintang, Putri, dan tak ketinggalan Intan sudah ada di belakangku. “Lho
Tan kok kamu sudah bersama mereka sich,aku yang nungguin kamu dari tadi di sini
gak melihat kamu keluar. Memang kamu keluar lewat mana?” tanyaku keheranan.
“Lewat mana,lewat mana,ya lewat
pintu non,emang kamu pikir aku bisa ngilang apa,” kata Intan agak sewot sambil
menjitak kepalaku. Tentu saja aku jadi meringis dijitak oleh Intan. “Lho kok
aku gak ngelihat kamu keluar dari kamar mandi?” tanyaku. “Kamu tuch yang ke
mana,aku keluar dari kamar mandi tapi aku gak lihat kamu malah aku ketemu sama
mereka,” kata Intan sambil menunjuk ke arah Dewi, Lintang, Andini, dan Putri.
“Ya nich kamu tuch ke mana aja sich Ar, di cari-cari dari tadi tapi gak
ketemu-ketemu juga,untung kamu gak kami tinggal di sini,” kata Andini
menimpali. “Lho, aku kan gak ke mana-mana,dari tadi aku juga di sini nunggu Intan,untung
tadi ada yang nemenin aku ngobrol di sini. Kalau nggak,wah bisa lumutan aku
karena nunggu Intan yang seabad lamanya ada di kamar mandi.
“What????,” kata Intan sambil
melotot ke arahku. “ Seabad kamu bilang,aku lho di dalam cuma 15 menit,kamunya
aja yang gak sabar nunggu,” kata Intan tampak kesal. “Aku keluar,kamu sudah gak
ada. Sementara Dewi langsung menjawil pundakku. “Apa Wi?,’ tanyaku. “Eh, kamu
tadi bilang ada yang nemenin kamu,siapa?Kami lihat kamu sendirian kok,gak ada
siapa-siapa. “Iya,ada yang nemenin ngobrol tadi. “Cowok apa cewek?,” tanya
Andini. “Cowok,’ jawabku. Orangnya baru aja pergi waktu kalian ke sini tadi.
Sontak ke lima temanku saling pandang. “Ar,jangan ngaco dech kamu.Kami gak
melihat kamu ngobrol ma siapa-siapa,” kata Lintang. “Ngaco gimana?Memang tadi
aku ngobrol sama seseorang,tuch orange,” kataku sambil menunjuk ke arah
Afrisal. Ku lihat Afrisal menoleh ke arahku sambil tersenyum dan melambaikan
tangan. Ku balas lambaian tangan Afrisal sambil tak lupa aku juga tersenyum.
Afrisalpun menghilang di balik tikungan.
Ke lima orang temanku yang
melihat tingkahku jadi merasa heran. “Ar,kamu melambaikan tangan ke siapa? Kami
gak melihat ada orang di sana,” kata Dewi. “Iya Ar,gak ada siapa-siapa di
sana,” kata Lintang dan Putri berbarengan. “Ada kok,tuch Afrisal,yang tadi
nemani aku,” kataku. “Hah. Teman-temanku tampak kaget. “Udah dech ayo sebaiknya
Arini kita bawa ke luar aja dech,bias senewen kita kalau dengar dia cerita yang
aneh-aneh lagi,’ kata Intan sambil menggamit lenganku,mengajak pergi
meninggalkan lorong kamar mandi. “Ayo-ayo,yang lainpun langsung mengikuti
langkahku dan Intan.
Begitu sampai di luar,aku dan teman-teman langsung
duduk-duduk di taman yang ada di depan Mall. Dewi yang masih penasaran dengan
peristiwa tadi memilih duduk di sebelahku. “Ar,coba dech kamu cerita siapa yang
ngajak kamu ngobrol tadi,” tanya Dewi. “Iya nich Ar,jujur kami penasaran,siapa
sich?,” Intan ikut-ikutan bertanya. “Namanya Afrisal,” kataku memulai cerita.
Dia muncul begitu saja ketika aku sedang asyik main game di hp sambil nunggu
Intan tadi. ,”Orangnya kayak gimana Ar,eh maksudku apa orange ganteng atau
jelek,” tanya Andini.
Teman-temanku yang lain langsung menyambit Andini dengan
kulit kacang. Andini hanya nyengir saja. ,”Orangnya sich ganteng,atletis,Cuma
yang aku herankan pakaian yang dia kenakan itu lho serba putih,” kataku. “Serba
putih gimana Ar?’ tanya Dewi. “Ya serba putih,kaos warna putih,celana warna
putih dan jaketnya juga warna putih. “Oooooh,” teman-temanku langsung paduan
suara. “Aiiiih cakep sekali yach ini cowok,tapi kok cakep-cakep umurnya pendek
sich,pake bunuh diri,” kata Andini yang iseng-iseng membaca potongan koran
bekas pembungkus kacang goreng yang ia makan. “Mana Din,?” tanya Dewi dan
Putri. “Ini,coba lihat,cakep kan. Dewi dan Putri menerima koran pembungkus
kacang goreng itu. Iseng akupun melihat ke arah koran itu dan aku kaget ketika
melihat gambar yang ada di koran itu.
“Hey,gambar itu,coba lihat,” kataku sambil
mengambil koran dari tangan Dewi. “Lho ini kan Afrisal,’ kataku. Teman-temanku
melihat ke arahku semua. “Maksudmu Afrisal teman ngobrolmu tadi,” tanya Dewi.
“Ya,” jawabku. “ Kamu gak salah lihat?” tanya Intan. “Gak lah,ini memang
Afrisal,” kataku. Dewi langsung mengambil potongan koran yang ada ditanganku.
Dilihatnya lagi gambar yang ada disitu dan di bacanya tulisan yang ada.
Wajah Dewi tampak tegang. “Kenapa
Wi?.” Tanyaku. Dewi diam tak menjawab pertanyaanku. Melihat itu Intan langsung
mengambil potongan koran dari tangan Dewi dan langsung membacanya.
“Astaqfirullahaladhim,” kata Intan.Wajahnya langsung pucat,melihat hal itu
Lintang dan Putri segera menyambar potongan koran dari tangan Intan dan
membacanya.Ku lihat wajah keduanya juga tak jauh beda dari wajah Intan,karena
penasaran aku segera mengambil potongan koran dari tangan Lintang dan langsung
kubaca artikel tentang Afrisal. “Astaqfirullahaladhim, jadi-jadi Afrisal,”
seruku tertahan.
Dalam artikel itu disebutkan
bahwa seorang pemuda telah ditemukan meninggal dunia di depan toilet sebuah
Mall. Akhirnya diketahui kalau pemuda yang bernama lengkap Afrisal Nugraha itu
meninggal karena bunuh diri setelah terlibat pertengkaran dengan
kekasihnya.Diperkirakan karena terlalu cinta kepada sang kekasih,Afrisal
akhirnya memilih bunuh diri setelah sang kekasih memutuskan jalinan kasih
mereka.
Potongan koran yang berada di
tanganku langsung terjatuh dan diambil oleh Dewi. Kemudian Dewi bertanya
kepadaku, “ bener Ar,pemuda ini yang tadi ngobrol denganmu di depan toilet
tadi?,’. Aku mengangguk. Lintang, Putri, dan Intan langsung memandang ke
arahku. “Tapi kan Afrisal sudah meninggal?” kata Intan. “Mana aku tahu kalau
dia sudah meninggal,” jawabku. “Sebentar, coba lihat ini koran tanggal berapa,”
kata Intan. “Ya pantas saja dia muncul tadi,” kata Intan. “ Emang kenapa Tan?,”
tanya Lintang. “Nanti malam genap 40 hari dia meninggal,” kata Intan. “Hah???
Serentak aku, Dewi, Putri, dan Lintang kaget. “Ya Ar,nanti malam genap 40 hari
Afrisal meninggal,untung dech kamu gak diajak sama dia hehehe,” kata Intan
menggodaku. Karena hari sudah larut maka kamipun akhirnya memutuskan untuk
pulang kembali ke rumah kost.
Sebelum naik ke angkot aku
memandang ke arah lantai atas dan sekilas ku lihat ada Afrisal di
sana,tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahku. Aku hanya mengangguk saja.
Lalu aku naik ke dalam angkot. Selama dalam perjalanan pulang aku hanya diam.
Aku tak menyangka akan mengalami hal aneh seperti ini. Seumur-umur ini baru
pertama kalinya aku mengalaminya dan aku berharap jangan sampai terulang lagi.
,” Udah dech Ar,gak usah diingat-ingat lagi,doakan aja semoga Afrisal tenang di
alam sana,” kata Dewi. “Ya Wi ,jujur aku masih gak percaya aja kalau orang yang
menemaniku ngobrol tadi ternyata sudah tiada di dunia ini,” kataku. “Semoga
arwah Afrisal tenang di alam sana.Amiin.(Yani)
Posting Komentar