Ngawi- Peringatan Hari Pahlawan 10 November diharapkan dinilai sebagai momentum terbaik untuk merevitalisasi makna kepahlawanan yang akhir-akhir ini cenderung mulai memudar nilai perjuangan para pahlawan, sehingga kita tidak hanya terjebak dalam kegiatan-kegiatan berbau seremonial.
memperingati dan mengenang jasa-jasa kepahlawanan yang sudah memberikan segala yang mereka miliki memang tidak boleh ditinggalkan. Namun demikian diharapkan tidak terjebak dalam ritual-ritual perayaan sehingga akhirnya makna kepahlawanan itu menjadi hilang.
Seperti yang di lakukan
pemerintah daerah Kabupaten Ngawi dalam memperingati hari pahlawan 10 November
2013 dengan menggelar gerak jalan tradisional yang di selenggarakan pada hari
sabtu (09/11/2013) star di mulai dari monumen suryo sampai dengan alun-alun
Ngawi, jarak yang di tempuh berkisar 18 km dengan jumlah peserta 213 terdiri
dari SMP, SMU dan semua dinas pemerintahan se Kabupaten Ngawi.
Ada sisi lain yang
sangat ironis dan menarik untuk di cermati terkait penyelenggaraan gerak jalan
tradisional tersebut, kemacetan total terjadi mulai dari monumen suryo sampai
dengan terminal baru Kertonegoro, sehingga para peserta gerak jalan harus
mencari sela-sela jalan yang di padati
kendaraan.
” Seharusnya dari pihak
keamanan mengalihkan jalur alternatif untuk semua kendaraan yang melintas
melewati jalan Raya Ngawi-Solo sehingga para peserta gerak jalan tidak merasa
cemas dan harus jalan di antara sela-sela kemacetan kendaraan serta warga
masyarakat yang menyaksikan bisa menikmati agenda tahunan tersebut dengan
nyaman bukan melihat banyaknya kendaraan yang macet total ”, Tutur Wukir salah
satu juri gerak jalan tradisional tersebut. ( Byaz )
Redaksi@Suryajagad.com
Posting Komentar