Jombang-Kamis (24/10/2013). Ketika berkunjung ke Jombang sudah
dapat dipastikan ingatan kita merujuk kepada Ulama-Ulama besar pada zamannya.
KH Hasyim Asy’ary, KH Wahab Chasbulloh, KH Bisyri Syansury, KH Romli, dst. Juga
pondok-pondok yang bertebaran diseluruh sudut Jombang baik kota maupun pelosok.
Mulai dari Tebu Ireng, Bahrul Ulum Tambak Beras, Mamba’ul Ma’arif & Al –
Arifin Denanyar, Darul ‘Ulum Rejoso Peterongan, PP UW (ponpes al urwatul
wutsqo) Bulurejo Diwek. Pondok-Pondok Pesantren tersebut tak diragukan lagi
merupakan lembaga pendidikan integral yang pernah disinggahi para Kiyai,
Ustadz, dan tokoh-tokoh penting bangsa ini. Pondok Pesantren merupakan
lembaga pencetak insan yang memiliki
wawasan luas. Disamping semua disiplin keilmuan & skill digali dan
diajarkan ikut pula pembentukan karakter
pribadi yang mulia ditempa terus menerus hingga tak gamang menghadapi gelombang
perubahan dan serbuan budaya perusak,yahudi & nasrani.
Salah satu Pondok Pesantren yang
kini tetap eksis dan jumlah santrinya terus bertambah disamping kualitas
pengajaran terus ditingkatkan adalah PP UW (pondok pesantren al urwatul wutsqo)
yang berada didesa Bulurejo Diwek Jombang. Ditengah krisis keimanan,keuangan,dan
krisis-krisis yang lain mendera justru pondok ini menampilkan sebuah keyakinan
kuat untuk mengikuti jejak para ulama dan para wali yang mengajarkan kewira’ian dan keyakinan kuat
akan kuasa Tuhan. Ketika media mewawancarai ustadz Riyadi Arifin,salah satu
ustadz dan juga pengasuh, memaparkan salah satu azas PPUW, “Tiada biaya bukan
penghalang mencari ilmu”, bagi
yang tidak mampu, pembayaran keuangan bisa ditunda sampai dimampukan oleh Allah
SWT, dan bahkan jika sampai meninggal dunia belum dimampukan, maka bebas dari
semua biaya”. “ini berlaku pada semua jenjang Pendidikan”, imbuhnya.
Jenjang pendidikan di PPUW mulai dari Madin,SD/MI,SLTP/MTs,SMA/MA, hingga Kuliah STIT UW (sekolah tinggi ilmu tarbiyah al urwatul wutsqo) semua dikelola dengan professional. Terlihat dari para pendidik dan pengajarnya terus menerus meningkatkan keilmuan hingga doktoral bahkan profesor seperti DR. Zainu Zuhdi Lc, DR. Masyhuri Lc, DR. Dra. Qurrotul ‘Ainiyah, DR. Mihmidati, Prof. DR. Istibsyaroh, dll. Total santri mulai dari yang mukim hingga mahasiswa adalah 5000 orang, sementara jamaah Thoriqoh 4000 orang. Dapat dibayangkan betapa berat beban pengasuh dalam segi pendanaan sementara prinsip dasarnya tidak boleh menolak santri yang ingin belajar.
Namun keyakinan akan pertolongan Allah SWT terlihat sangat jelas ada disini. Latar belakang apapun diterima disini, mulai dari dukun, terapist, tionghoa, NU, Muhammadiyah, HTI, Salafy, semua diterima dengan baik. PPUW bukan NU atau Muhammadiyah bukan juga yang lain. “Kalau sama-sama menghamba kepada Tuhan maka tidak ada NU/Muhammadiyah atau yang lain, yang ada hanya hamba Tuhan”, ujar pengasuh. Bahkan pendidik disini juga dari latar belakang berbeda-beda. Justru dengan begini santri ketika sudah kembali kemasyarakat tidak fanatik sektarian,teduh,bijaksana,tidak angin-anginan karena sudah terbiasa. Namun layaknya para wali songo (wali Sembilan) yang banyak ilmu dan mengamalkan. Manusia dimulyakan tidak dihinakan. Jika ingin mendapatkan solusi pendidikan yang terjangkau berkualitas dibimbing dunia akhirat disini tempatnya . (Anam)
Jenjang pendidikan di PPUW mulai dari Madin,SD/MI,SLTP/MTs,SMA/MA, hingga Kuliah STIT UW (sekolah tinggi ilmu tarbiyah al urwatul wutsqo) semua dikelola dengan professional. Terlihat dari para pendidik dan pengajarnya terus menerus meningkatkan keilmuan hingga doktoral bahkan profesor seperti DR. Zainu Zuhdi Lc, DR. Masyhuri Lc, DR. Dra. Qurrotul ‘Ainiyah, DR. Mihmidati, Prof. DR. Istibsyaroh, dll. Total santri mulai dari yang mukim hingga mahasiswa adalah 5000 orang, sementara jamaah Thoriqoh 4000 orang. Dapat dibayangkan betapa berat beban pengasuh dalam segi pendanaan sementara prinsip dasarnya tidak boleh menolak santri yang ingin belajar.
Namun keyakinan akan pertolongan Allah SWT terlihat sangat jelas ada disini. Latar belakang apapun diterima disini, mulai dari dukun, terapist, tionghoa, NU, Muhammadiyah, HTI, Salafy, semua diterima dengan baik. PPUW bukan NU atau Muhammadiyah bukan juga yang lain. “Kalau sama-sama menghamba kepada Tuhan maka tidak ada NU/Muhammadiyah atau yang lain, yang ada hanya hamba Tuhan”, ujar pengasuh. Bahkan pendidik disini juga dari latar belakang berbeda-beda. Justru dengan begini santri ketika sudah kembali kemasyarakat tidak fanatik sektarian,teduh,bijaksana,tidak angin-anginan karena sudah terbiasa. Namun layaknya para wali songo (wali Sembilan) yang banyak ilmu dan mengamalkan. Manusia dimulyakan tidak dihinakan. Jika ingin mendapatkan solusi pendidikan yang terjangkau berkualitas dibimbing dunia akhirat disini tempatnya . (Anam)
Posting Komentar