Banjarnegara- Bagi sebagian masyarakat kita, hidup kadang tak banyak memberi
pilihan. Namun dalam situasi seperti apapun, di antara mereka, ada yang
memilih untuk terus bekerja tak kenal menyerah. Seperti yang dilakoni
Sarkinem (42), warga Desa Susukan, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Sehari-hari, Sarkinem menggantungkan hidupnya sebagai pemecah batu, selain sebagai petani musiman. di desa ini, pekerjaan memecah batu kebanyakan digeluti para perempuan.
Sudah puluhan tahun Sarkinem bekerja sebagai pemecah batu. Dengan berpayungkan tenda yang terbuat dari ranting pohon dan beratapkan blarak (daun kelapa), Sarkinem melakukan pekerjaannya di sebuah tempat yang jaraknya sekitar satu kilometer dari tempat tinggalnya. Batu-batu yang dipecah Sarkinem diambil dari sungai Gumelem.
Setiap hari Sarkinem mampu mengangkut satu karung ukuran 10 kilogram batu yang dia ambil dari sungai Gumelem, untuk kemudian dibawa ke pinggiran sungai. Di tempat itu, Sarkinem memecah batu dengan alat berupa palu dan karet yang dilingkarkan.
Pecahan batu ini kemudian diambil para pengepul dari Cilacap, Purwokerto, Banyumas dan Banjarnegara. Katanya, batu-batu ini digunakan untuk proyek pembangunan. Dari hasil memecah batu, Sarkinem mendapat imbalan Rp 60 ribu perkubik. Untuk mendapat batu satu kubik, ia harus bekerja keras selama seminggu.(Sumber)
Sehari-hari, Sarkinem menggantungkan hidupnya sebagai pemecah batu, selain sebagai petani musiman. di desa ini, pekerjaan memecah batu kebanyakan digeluti para perempuan.
Sudah puluhan tahun Sarkinem bekerja sebagai pemecah batu. Dengan berpayungkan tenda yang terbuat dari ranting pohon dan beratapkan blarak (daun kelapa), Sarkinem melakukan pekerjaannya di sebuah tempat yang jaraknya sekitar satu kilometer dari tempat tinggalnya. Batu-batu yang dipecah Sarkinem diambil dari sungai Gumelem.
Setiap hari Sarkinem mampu mengangkut satu karung ukuran 10 kilogram batu yang dia ambil dari sungai Gumelem, untuk kemudian dibawa ke pinggiran sungai. Di tempat itu, Sarkinem memecah batu dengan alat berupa palu dan karet yang dilingkarkan.
Pecahan batu ini kemudian diambil para pengepul dari Cilacap, Purwokerto, Banyumas dan Banjarnegara. Katanya, batu-batu ini digunakan untuk proyek pembangunan. Dari hasil memecah batu, Sarkinem mendapat imbalan Rp 60 ribu perkubik. Untuk mendapat batu satu kubik, ia harus bekerja keras selama seminggu.(Sumber)
Redaksi@Suryajagad,com
Posting Komentar