Suryajagad.com - Lir ilir bukan sekedar tembang
dolanan biasa, tapi tembang mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang
karya Kanjeng Sunan Kalijaga ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk
syair yang indah.
Lir-ilir, lir-ilir
tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang
artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu
mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa
yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh?
kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan,
dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada
gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk
berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo
tak senggo temanten anyar.
Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir
maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau
dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat
bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru
memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke
agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula,
layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing
kuwi.
Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” ,
“Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon
maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu
“menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ?
Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki
5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan
dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar
dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada
Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk
mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh
dodotiro.
Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh
rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud
pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing
pinggir.
Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek
jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi
pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko
sore.
Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan
mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala
perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat
pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung
jembar kalangane.
Para wali mengingatkan agar para penganut Islam
melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika
kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat
kita.
Yo surako surak hiyo.
Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari
kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu
kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25) (Byaz)
Posting Komentar