Suryajagad.com
- Aroma Tim sukses mulai mengatur strategi, ahli komunikasi merancang
slogan-slogan. Elite politik pun mulai sibuk menata penampilan, memoles wajah,
menyegarkan tubuh, mendesain pakaian, mengatur cara berbicara, melatih
intonasi, dan mengasah retorika. Siapa sangka, ”penampilan” kini jadi ”jantung” kehidupan politik, dan
”kosmetika” adalah cara utama
memanipulasi penampilan, agar tampak menarik. Politik menjelma ”politik
kosmetika” ketika ia bekerja melalui cara kerja penampakan luar dalam menata,
memoles, meningkatkan, dan memanipulasi penampilan, untuk menghasilkan citra
diri yang lengkap, sempurna, atau ideal , sebagai cara menarik perhatian pemilih.
Ketika ”politik ideologi” yaitu politik pertarungan ide, gagasan, keyakinan, dan makna politik diambil alih ”politik penampakan”, penampilan, gestur, pakaian, bahasa tubuh, cara berbicara, kepandaian retorika, olah bahasa, dan permainan tanda dijadikan sebagai bagian ”kekuatan politik” (political power), untuk menutupi minimalitas kekuatan substansial (kapabilitas, kecakapan, intelektualitas, kepemimpinan, karisma) yang mungkin tak dimiliki .
Ketika ”politik ideologi” yaitu politik pertarungan ide, gagasan, keyakinan, dan makna politik diambil alih ”politik penampakan”, penampilan, gestur, pakaian, bahasa tubuh, cara berbicara, kepandaian retorika, olah bahasa, dan permainan tanda dijadikan sebagai bagian ”kekuatan politik” (political power), untuk menutupi minimalitas kekuatan substansial (kapabilitas, kecakapan, intelektualitas, kepemimpinan, karisma) yang mungkin tak dimiliki .
Serangan
fajar menjadi alternatif terakhir. istilah serang
fajar kiranya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Ia merupakan
sebuah tindakan pendekatan terhadap pemilih yang dilakukan oleh caleg dan tim
suksesnya pada malam atau saat fajar menjelang pemungutan suara. Tindakan
demikian dilakukan dengan sembunyi-sembunyi mendekati konstituen.
Praktik terselubung ini
sering menjelma menjelang detik-detik euforia pelaksanaan pemungutan suara.
Suara massa dibeli dan dihargai dengan harga yang tak cukup menjanjikan bagi
kehidupan jangka panjang. Begitulah cara- cara hitam caleg mempermainkan suara
rakyat dengan kantong tebalnya.
Money politics selalu dijadikan alternatif guna mendapatkan
partisipasi publik dan memobilisasi dukungan. Bahkan, lebih ironisnya lagi,
mereka berani membagi-bagikan uang menjelang pelaksanaan. Tindakan demikian
yang sering kita sebut dengan serangan fajar.
Kewaspadaan itu harus
kita bangun bersama demi menjunjung kompetisi demokrasi yang lebih bermartabat.
Masyarakat yang paham mau tidak mau harus memberi pengertian bagi pemilih awam
yang kurang paham tentang politik, sebab menjelang pileg seperti sekarang ini,
strategi-strategi money politics kian digenjot. Strategi money
politics tersebut setidaknya meliputi tiga aspek.
Pertama, dengan cara
membeli kartu suara yang disinyalir sebagai pendukung caleg lain dengan harga
yang sangat mahal. Kedua, mengutus para tim sukses turun langsung ke
tengah-tengah masyarakat untuk mencairkan dana--yang menurut mereka sebagai
ongkos transportasi sekaligus uang saku dengan jumlah uang berbeda-beda.
Strategi ini sering dilakukan oleh tim sukses untuk mengelabui pemilih netral
yang belum menentukan pilihan dan pemilih potensial (berpengaruh).
Ketiga, serangan fajar.
Strategi ini merupakan cara paling terkenal dan sering dilakukan untuk
memobilisasi massa dengan menyodorkan uang saat fajar menyingsing hari
pencoblosan atau pemungutan suara. Sasarannya tidak hanya pemilih netral dan
potensial melainkan juga calon pemilih lawan dengan menyodorkan nominal yang
sangat menggiurkan dengan harapan pendukung lawan dapat berubah pikiran dan
memberikan hak suaranya pada mereka yang memberi uang.
Strategi-strategi
"politik hitam" ini yang sejatinya harus kita waspadai bersama.
Kompetisi politik 2014 harus bersih dari praktik-praktik money politics
dan bebas dari intimidasi. Masyarakat harus diberi kesempatan untuk memilih
jagoan mereka, masing-masing untuk dijadikan pemimpin tanpa harus
diiming-imingi ongkos politik, uang saku, dan pemberian sembako gratis, sebab
semua itu hanya dapat dirasakan dan dinikmati sesaat bukan perbaikan
kesejahteraan bagi kehidupan jangka panjang. (Byaz)
Posting Komentar